Mengapa Etika Penting dalam Berkomunikasi
Dalam setiap perusahaan, pastinya memiliki code of conduct atau sebuah aturan bagaimana setiap karyawan yang bekerja dalam perusahaan itu boleh bertindak atau berperilaku. Tujuan dari code of conduct ini adalah untuk mengurangi terjadinya perilaku yang tidak etis di tempat kerja. Agar code of conduct bisa berjalan dengan maksimal dan efisien, tentunya setiap individu harus bisa memahami dan menerapkan setiap nilai-nilai etika serta mempertimbangkan nilai-nilai yang dimiliki oleh lawan bicara untuk bisa mencapai kesepakatan bersama dalam berkomunikasi.
Code of conduct dalam perusahaan, biasanya merupakan sebuah panduan bagi para karyawan untuk bertindak, dan mengetahui prinsip apa saja yang perlu diperhatikan serta tanggung jawab yang dimiliki oleh karyawan, stakeholders, dan juga tentunya para konsumen mereka. Codes ini memberikan kerangka panduan untuk mengembangkan komunikasi antar individu yang lebih etis. Agar code of conduct bekerja secara maksimal dan efektif, maka perlu dikomunikasikan dan dipahami oleh seluruh anggota dalam organisasi.
Lawrence Kohlberg, psikolog yang menemukan teori stages of moral development, atau tahapan dari perkembangan moral, berpendapat bahwa setiap individu akan melalui beberapa tahap dalam proses pembuatan alasan moral yang mereka miliki. Kohlberg mengklasifikasikan proses perkembangan moral ke dalam 3 tingkat, yaitu tingkat pre-conventional yang terdiri atas fear of punishment dan desire for rewards. Sedangkan pada tingkat conventional terdiri atas desire for approval dan sense of duty to obey the law. Kemudian pada tingkat post-conventional terdiri atas regards for standards of society dan respect for universal principles of justice and welfare.
- Tingkat Pre-Conventional :
Pada tingkat ini, terdiri atas 2 tahap yang berfokus pada diri sendiri atau egosentris dan menilai benar atau salah dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensi yang akan didapatkan oleh diri sendiri.
- Fear of Punishment atau rasa takut akan hukuman
Berorientasi diri, dimana individu bertindak karena seseorang yang memiliki otoritas meminta mereka untuk melakukan hal tersebut (Contoh: guru, superior, atau atasan). Alasan mereka bertindak secara etis adalah karena takut mendapatkan hukuman.
- Desire for Rewards as well as Fear of Punishment
Tahap ini juga berorientasi pada diri, dimana individu menunjukkan ketertarikan untuk bertindak etis atau membantu orang lain selama tindakan tersebut dapat membantu atau memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri juga. Sering dikenal dengan peribahasa “if you scratch my back, I will scratch yours.”
- Fear of Punishment atau rasa takut akan hukuman
- Tingkat Conventional :
Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap dimana moralitas suatu tindakan dinilai berdasarkan ekspektasi dan norma sosial yang ada. Individu pada tingkat ini bertindak secara etis demi diterima oleh orang lain atau agar tidak melanggar peraturan.
- Desire for Approval
Berorientasi diri, dimana individu bertindak karena seseorang yang memiliki otoritas meminta mereka untuk melakukan hal tersebut (Contoh: guru, superior, atau atasan). Alasan mereka bertindak secara etis adalah karena takut mendapatkan hukuman.
- Sense of Duty to Obey the Law
Tahap ini juga berorientasi pada diri, dimana individu menunjukkan ketertarikan untuk bertindak etis atau membantu orang lain selama tindakan tersebut dapat membantu atau memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri juga. Sering dikenal dengan peribahasa “if you scratch my back, I will scratch yours.”
- Desire for Approval
- Tingkat Post-Conventional:
Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap dimana individu membuat keputusan berdasarkan kebenaran dan kebaikan.
- Regards for Standards of Society: Utilitarianism
Pada tahap ini individu menekankan pemahaman mengenai mutualitas sosial dan kesejahteraan sosial orang lain. Individu mempertimbangkan bahwa tidak ada satu pilihan yang paling benar atau secara mutlak menghargai dan menghormati isu etis. Individu merasa bahwa keputusan yang dibuat harus berdasarkan pilihan mayoritas dan mencari kompromi dimana kesejahteraan umum tercapai kepada lebih banyak orang. Pada tahap ini orang-orang cenderung bersifat utilitarianisme atau berusaha memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.
- Respect for universal principles of Justice and Welfare
Pada tahap ini individu cenderung menghormati prinsip universal dan tuntutan hati nurani. Pembuatan alasan moral pada tahap ini didasari oleh prinsip universal mengenai keadilan dan kesejahteraan dimana individu mempertimbangkan bahwa aturan yang sah adalah aturan yang adil. Pada tahap ini bertindak karena merasa bahwa tindakan atau perilaku tersebut tepat, bukan karena ekspektasi orang lain, atau merupakan sebuah aturan yang ada.
- Regards for Standards of Society: Utilitarianism
Itulah 3 tingkatan pembuatan alasan moral menurut Kohlberg. Ingatlah bahwa tidak semua orang memiliki nilai atau value yang sama dengan anda, untuk itu anda perlu memahami ragam nilai yang dimiliki oleh setiap orang dan bagaimana mereka bertindak serta mengambil keputusan. Artinya, anda perlu memahami pendekatan etis dari lawan bicara untuk bisa memahami dan menghargai pesan sebenarnya yang ingin disampaikan.